ETIKA DAN KEWAJIBAN PENELUSURAN GUA
Menelusur gua dapat dikerjakan untuk olah raga maupun
untuk tujuan ilmiah. Namun kedua kategori penelusur gua wajib menjunjung tinggi
ETIKA dan KEWAJIBAN kegiatan penelusur gua ini agar lingkungan tidak rusak,
agar para penelusur sadar akan bahaya-bahaya kegiatan ini dan mampu mencegah
terjadinya musibah dan agar si penelusur sadar akan kewajibannya terhadap
sesama penelusur dan masyarakat disekitar lokasi gua-gua.
Seorang pemula atau yang sudah berpengalaman sekalipun
harus memenuhi ETIKA dan KEWAJIBAN PENELUSURAN
GUA.
ETIKA PENELUSUR
GUA
1. Sejak semula harus disadari bahwa seorang penelusur
gua DAPAT merusak gua, karena membawa kuman, jamur dan virus asing kedalam gua
yang lingkungannya masih murni, tidak tercemar. Penelusran gua akan merusak gua apabila
meninggalkan kotoran berupa sampah, kantong plastik, botol atau kaleng minuman
dan makanan di dalam gua.
Membuang benda-benda tersebut
adalah LARANGAN MUTLAK juga dilarang mencoret-coret gua dengan benda apapun
juga.
Karenanya ikutilah MOTTO NSS
dari USA:
“ Jangan MENGAMBIL
sesuatu…….Kecuali mengambil POTRET”
“ Jangan MENINGGALKAN
sesuatu…..Kecuali meninggalkan JEJAK”
“ Jangan MEMBUNUH sesuatu……
Kecuali membunuh WAKTU”
2. Gua adalah bentukan alam
yang terbentuk dalam kurun waktu ribuan tahun. Setiap usaha merusak gua
mendatangkan kerugian yang tidak dapat ditebus. Karenanya jangan merusak gua,
mengambil atau memindahkan sesuatu didalam gua tanpa tujuan jelas yang dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk tujuan ilmiah sekalipun, harus diusahakan
pengambilan spesimen secara cermat, terbatas dan selektif. Itupun setelah
diyakini, bahwa belum tersedia spesimen yang sama didalam laboratorium atau
museum dan belum diambil spesimen yang sama oleh ahli speleologi lainnya.
Menelusuri dan meneliti gua
harus dilakukan dengan penuh RESPEK, tanpa mengganggu, mengusir, merusak atau
mengambil isi gua, baik yang berupa benda mati atau yang hidup.
3. Menelusuri gua harus
disertai kesadaran, bahwa kesanggupan dan keterampilan pribadi TIDAK USAH
DIPAMERKAN. Sebaliknya ketidakmampuan tidak perlu ditutup-tutupi oleh karena
rasa malu. Bertindaklah sewajar-wajarnya, tanpa membohongi diri sendiri dan
orang lain. Apabila tidak sanggup, tetapi dipaksakan, maka hal ini akan membawa
akibat buruk yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Adalah melanggar ETIKA
untuk memandang rendah keterampilan serta kesanggupan sesama penelusur. Juga
melanggar ETIKA bila memaksakan diri melakukan tindakan-tindakan diluar
kemampuan teknis. Juga apabila belum siap mental atau kesehatan tidak memadai.
4. Tunjukkan RESPEK terhadap
sesama penelusur gua dengan cara :
Ø Tidak menggunakan
bahan-bahan atau peralatan yang disediakan oleh rombongan lain tanpa
persetujuan mereka.
Ø Jangan membahayakan para
penelusur lain, misalnya menimpukkan batu ketika ada penelusur lain didalam
gua, mengambil atau memutuskan tali yang sedang terpasang, memindahkan tangga
atau alat-alat lain yang dipasang oleh rombongan penelusur lainnya.
Ø Menghasut penduduk disekitar
gua untuk melarang atau menghalangi rombongan lainnya memasuki gua, karena
tidak satupun gua di bumi ini milik perseorangan kecuali apabila gua itu telah
dibeli oleh yang bersangkutan. Untuk tujuan ilmiah setiap gua harus dapat
diteliti setelah menempuh prosedur yang berlaku.
Ø Jangan melakukan penelitian
yang sama, apabila ada rombongan lain yang sedang mengerjakan DAN BELUM
MEMPUBLIKASIKANNYA.
Ø Jangan gegabah menganggap
anda penemu sesuatu, kalau anda belum yakin betul, bahwa tidak ada orang lain
yang juga telah menemukan pula.
Ø Jangan melaporkan hal-hal
yang tidak benar demi sensasi atau ambisi pribadi, karena hal ini berarti
membohongi diri sendiri, dan dunia ILMU SPELEOLOGI khususnya.
Ø Setiap usaha penelusuran gua
adalah USAHA BERSAMA. Bukan usaha yang dicapai sendiri. Karena setiap publikasi
dari hasil penelusuran gua tidak boleh menonjolkan prestasi pribadi tanpa
mengingat jasa sesama penelusur.
Ø Jangan menjelek-jelekkan
nama sesama penelusur dalam suatu publikasi walaupun si penelusur itu mungkin berbuat
hal-hal negatif secara sadar atau tidak sadar. Setiap publikasi negatif tentang
sesama penelusur akan memberikan gambaran negatif terhadap semua penelusur gua.
KEWAJIBAN
Dunia speleologi diberbagai
negara meneruskan himbauan kepada semua penelusur gua agar lingkungan gua harus
dijaga kebersihannya, kelestarian dan kemurniannya
1. Konservasi lingkungan gua
harus menjadi TUJUAN UTAMA kegiatan SPELEOLOGI dan dilaksanakan sebaik-baiknya
oleh SETIAP PENELUSUR GUA.
2. MEMBERSIHKAN gua serta
lingkungannya, menjadi kewajiban pertama para penelusur gua.
3. Apabila sesama penelusur
gua membutuhkan pertolongan darurat setiap penelusur gua wajib memberi
pertolongan itu.
4. Setiap penelusur gua wajib
menaruh respek terhadap penduduk sekitar gua. Mintalah ijin seperlunya, bila
mungkin secara tertulis dari yang berwenang. Jangan membuat onar atau melakukan
tindakan-tindakan yang menyinggung perasaan penduduk. Jangan merusak pagar,
tanaman, atau bangunan dan mengganggu hewan milik penduduk.
5. Bila meminta ijin dari
instansi resmi yang berwenang, maka harus dirasakan sebagai kewajiban untuk
membuat laporan dan menyerahkan kepada instansi tersebut. Apabila telah meminta
ijin nasehat kepada sekelompok penelusur atau seseorang ahli lainnya maka wajib
diserahkan pula laporan kepada kelompok penelusur atau penasehat perseorangan
itu.
6. Bagian-bagian yang
berbahaya dalam suatu gua wajib diberitahukan kepada kelompok penelusur
lainnya, apabila anda mengetahui akan adanya tempat-tempat yang berbahaya.
7. Sesuai dengan pandangan NSS
dari USA, dilarang memamerkan benda-benda mati atau hidup yang ditemukan dalam
gua untuk lingkungan NON-penelusur gua atau NON-ahli speleologi. Hal itu perlu
nuntuk menghindari dorongan kuat yang hampir pasti timbul untuk ikut mengambil
benda-benda itu guna koleksi pribadi. Bila perlu hanya boleh dipamerkan melalui
foto-foto saja.
8. NSS juga tidak menganjurkan
usaha mempublikasikan penemuan di dalam gua atau lokasi dari gua-gua SEBELUM,
dinyatakan betul adanya usaha pelestarian oleh yang berwenang, yang memadai.
Perusakan lingkungan gua oleh orang-orang awam menjadi tanggung jawab si
penulis berita apabila mereka mengunjungi gua-gua itu akibat publikasi dalam
media massa.
9. Dipelbagai negara, setiap
musibah yang dialami penelusur gua wajib di laporkan kepada sesama penelusur
melalui media speleologi yang ada. Hal ini perlu supaya jenis musibah yang sama
dapat dihindari.
10. Menjadi kewajiban mutlak
bagi setiap penelusur gua untuk memberitahukan kepada rekan-rekan atau keluarga
terdekat ke lokasi mana yang akan di telusuri dan kapan ia diharapkan pulang.
Di tempat lokasi gua, para penelusur wajib memberitahukan kepada penduduk
terdekat nama dan alamat para penelusur dan kapan diharapkan seloesai
menelusuri gua. Wajib diberitahukan kepada penduduk siapa yang harus dihubungi,
apabila para penelusur belum keluar dari gua sesuai waktu yanjg direncanakan.
11. Para penelusur wajib
memperhatikan keadaan cuaca. Wajib meneliti apakah ada bahaya banjir didalam
gua sewaktu turun hujan lebat dan meneliti lokasi-lokasi mana di dalam gua yang
dapat dipakai untuk menghindarkan diri dari banjir.
12. Dalam setiap musibah
setiap penelusur wajib bertindak dengan teman tanpa panik dan wajib patuh pada
instruksi pimpinan penelusur.
13. Setiap penelusur gua wajib
melengkapi dirinya dengan perlengkapan dasar pada kegiatan lebih sulit dengan
perlengkapan yang memenuhi syarat. Ia wajib mempunyai pengetahuan tentang
penggunaan peralatan itu sebelum menelusuri gua.
14. Setiap penelusur gua wajib
melatih diri dalam pelbagai keterampilan gerak menelusuri gua dan keterampilan
menggunakan peralatan yang dibutuhkan.
15. Setiap penelusur gua wajib
membaca pelbagai publikasi mengenai gua dan lingkungannya agar pengetahuannya
tentang SPELEOLOGI tetap akan berkembang. Bagi yang mampu melakukan
penyelidikan atau observasi ilmiah, diwajibkan menulis publikasi agar sesama
penelusur atau ahli speleologi dapat menarik manfaat dari makalah-makalah itu.
INTRODUKSI SPELEOLOGI
I. Speleologi
Speleologi di Indonesia
tergolong ilmu yang masih baru dan mulai berkembang sekitar tahun 1980.
Sedangkan di Perancis dan Jerman sudah mempelajari ilmu tersebut sejak abad
-19.
Speleologi adalah ilmu-ilmu
yang mempelajari gua-gua. Kata tersebut diambil dari Bahasa Yunani : SPELALION
: Gua, LOGOS : ilmu.
SPELEOLOGI dapat diartikan
secara umum sebagai ilmu yang mempelajari gua beserta lingkungannya. Sebelum
membicarakan Speleologi lebih lanjut , kita perlu mengetahui definisi dari gua
:
Menurut IUS (International
Union of Speleology) yang berkedudukan di Wina, Austria Gua adalah setiap
ruangan bawah tanah, yang dapat dimasuki orang
Gua memiliki sifat yang khas
dalam mengatur suhu udara didalamnya, yaitu pada saat udara diluar panas maka
didalarn gua akan terasa sejuk, begitu pula sebaliknya.
Sifat tersebut menyebabkan gua
di pergunakan sebagai tempat berlindung. Gua-gua yang banyak diternukan di
Pulau Jawa dan pulau pulau lainnya di Indonesia , sebagian besar adalah gua
batu gamping atau gua karst. Gua merupakan suatu lintasan air dimasa lampau dan
kini kering (gua fosil) atau di masa kini, dan terlihat dialiri sungai (gua
aktif). Karenanya mempelajari gua tidak terlepas dari mempelajari hidrologi
karst dan segala fenomena karst dibawah permukaan (endo karst phenomena) supava
memahami cara-cara gua terbentuk dan bagaimana cara memanfaatkannya sebagai
sumber daya alam, yang mempunyai nilai estetika tinggi sebagai obyek wisata
gua, atau sebagai sumber air, tanpa mencemarinya.
ll. Sejarah Penelusuran Gua
Tidak ada catatan resmi kapan
manusia menelusuri gua. Berdasarkan peninggalanpeninggalan, berupa sisa
makanan, tulangbelulang, dan juga lukisan-lukisan, dapat disimpulkan bahwa
manusia sudah mengenal gua sejak puluhan tahun silam yang tersebar di benua
Eropa, Afrika, dan Amerika.
Menurut catatan yang ada,
penelusuran gua dimulai oleh JOHN BEAUMONT, ahli bedah dari Somerset, England
(1674). la seorang ahli tambang dan geologi amatir, tercatat sebagai orang
pertama yang menelusuri sumuran (potholing) sedalam 20 meter dan menemukan
ruangan dengan panjang 80 meter, lebar 3 meter. Serta ketinggian plafon 10
meter, a-3,dan menggunakan penerangan Win. Menurut catatan, Beaumont merangkak
sejauh 100 meter dan menemukan jurang (internal pitch). la mengikatkan tambang
pada tubuhnya dan minta diulur sedalam 25 meter dan mengukur ruangan dalam gua
tersebut. la melaporkan penemuan ini pada Royal Society, Lembaga Pengetahuan
Inggris. Orang yang paling berjasa mendeskripsikan gua-gua antara tahun
1670-1680 adalah BARON JOHANN VALSAVOR dari Slovenia. la mengunjungi 70 gua,
membuat peta, sketsa, dan melahirkan empat buku setebal 2800 hataman.
JOSEPH NAGEL, pada tahun 1747
mendapat tugas dari istana untuk memetakan sistem perguaan di Kerajaan
Austro-Hongaria. Sedangkan wisata gua pertama kali tercatat tahun 1818, ketika
Kaisar Habsbrug Francis I dari Austria meninjau gua Adelsberg (sekarang bemama
gua Postojna) tertetak di Yugoslavia. Kemudian wiraswastawan Josip Jersinovic
mengembangkannya sebagai tempat wisata dengan memudahkan tempat itu dapat
dicapai. Diberi penerangan dan pengunjung dikenai biaya masuk. New York Times
pada tahun 1881 mengkritik bahwa keindahan gua telah dirusak hanya untuk
mencari keuntungan.
Stephen Bishop pemandu wisata
yang paling berjasa, ia budak belian yang dipekerjakan oleh Franklin Gorin
seorang pengacara yang membeli tanah di sekitar gua Mammoth, Kentucky Amerika
Serikat pada tahun 1838. Dan kini gua Mammoth diterima UNICEF sebagai warisan
dunia.
Sedangkan di Indonesia, faktor
mistik dan magis masih melekat erat di gua-gua. Baik gua sebagai tempat pemujaan.
sesaji maupun bertapa. Bahkan sering dianggap sebagai tempat tinggal makhluk
!!!
Namun semuanya memiliki nilai
budaya, legenda, mistik, dan kepercayaan sesuatu terhadap gua perluloh
didokumentasi dan dihargai sebagai potensi budaya bangsa. Maka Antropotogi juga
merupakan bagian dari Speleologi.
III. Lahirnya Ilmu Speleologi
Secara resmi ilmu Speleologi
lahir pada abad - 19 berkat ketekunan EDWARD ALFRED MARTEL. Sewaktu kecil ia
sudah mengunjungi gua Hahn di Belgia dengan ayahnya seorang ahli Paleontologi,
kemudian juga mengunjungi gua Pyrenee di Swiss dan Italia. Pada tahun 1858 ia
mulai mengenalkan penelusuran gua dengan peralatan, pada setiap musim panas ia
dan teman-temannya mengunjungi gua-gua dengan membawa 2 gerobak penuh
peralatan, bahan makanan dan alat fotografi. Martel membuat pakaian berkantung
banyak yang sekarang disebut coverall (wearpack). Kantung itu diisi dengan
peluit, batangan magnesium, 6 lilin lacsar, korek api, batu api, martil, 2
pisau, alat pengukur, thermometer, pensil, kompas, buku catatan, kotak P3K,
beberapa permen coklat, sebotol rum dan sebuah telepon lapangan yang ia
gendong. Sistem penyelamatannya dengan mengikatkan dirinya kalau naik atau
menuruni dengan tali.
Tahun 1889, Martel
menginjakkan kakinya pada kedalaman 233 m di sumuran ranabel dekat Marzille,
Perancis dan selama 45 menu tergantung di kedalaman 90 m. la mengukur
ketinggian atap dengan balon dari kertas yang digantungi spon yang dibasahi
alkohol, begitu spon dinyalakan balon akan naik keatas mencapai atap gua. Hingga
kini EDWARD ALFRED MARTEL disebut Bapak Speleologi. Kemudian banyak ahli
speleologi seperti POURNIER, JANNEL, BIRET, dan banyak lagi.
Baru sete!ah PD I ROBERT DE
JOLLY dan NOBERT CASTERET mampu mengimbangi MARTEL. Robert de Jolly mampu
menciptakan peralatan gua yang terbuat dari Aluminium Alloy. Nobert Casteret
orang pertama yang melakukan Cave Diving’ pada tahun 1922, dengan menyelami gua
Montespan yang di dalam gua itu ditemukan patung-patung dan lukisan bison serta
binatang lain dari tanah liat, yang menurut para ahli, itu sebagai acara ritual
sebelum diadakan perburuan binatang, ditandai adanya bekas-bakas tombak dan
panah. Namun dalam PD-II, gua-gua digunakan sebagai tempat pertahanan, karena
pertahanan di gua akan sulit ditembus walaupun menggunakan born pada waktu itu.
IV. Perkembangan Speleologi di
Indonesia
Di Indonesia Speleologi
relatif tergolong suatu ilmu yang baru. Dalam hal ini masih sedikitnya ahli -
ahli speleologi maupun pendidikan formal tentang speleologi. Speleologi baru
berkembang sekitar tahun 1980, dengan berdirinya sebuah club yang bernama
‘SPECAVINA‘, yang didirikan oleh NORMAN EDWIN (alm) dan RKT KO ketua HIKESPI
sekarang.
Namun karena adanya perbedaan
prinsip dari keduanya maka terpecah, dan mereka masing-masing mendirikan
perhimpunan :
1. NORMAN EDWIN (alm)
mendirikan klub yang diberi nama “GARBA BUMI”
2. RKT KO mendirikan Hikespi
pada tahun 1981
Pada tahun tahun tersebut
bermunculan club-club speleologi di Indonesia seperti ASC yang berdiri pada
tanggal 1 Januari 1984, SSS - Surabaya, DSC - Bali, DSC - Bali, SCALA- Malang,
dll.
V. Ilmu Yang Berkaitan Erat
Dengan Speleologi
Adanya perbedaan yang nyata
antara permukaan dan bawah permukaan, maka keadaan ingkungan gua mempunyai
nilai potensial untuk tempat penelitian yang biasa disebut sebagai
laboratoriurn bawah tanah.
Ø Geomorfologi
Keadaan permukaan daerah
kawasan gua-gua merupakan suatu bentang alam yang khas pada khususnya didaerah
karst dimana seperti adanya bukit karst yang berbentuk cone karts, tower karst
maupun bentuk morfologi permukaan lain seperti terdapat dolena, uvala, polje,
cockpit, swattowhole, sungai masuk/ hilang, sungai keluar maupun bentuk-bentuk
lain yang merupakan ciri kawasan karst yang mengalami proses pelarutan.
Ø Klimatologi
Keadaan iklim suatu daerah
mempunyai pengaruh terhadap lingkungan gua baik itu flora dan fauna, keadaan
fisik gua dilingkungan tersebut, hal ini terdapat adanya perbedaan suhu,
tekanan, curah hujan yang ada dipermukaan daerah tersebut. Dari beberapa
penyebab tersebut diatas banyak pars ahli klimatologi untuk mempelajari
pengaruh-pengaruh terhadap lingkungan, gua tersebut.
Ø Hidrologi
Merupakan suatu ilmu yang
berkaitan dengan proses terbentuknya lorong gua yang disebabkan oleh aliran air
baik secara fisik maupun kimiawi. Selain dari itu proses terbentuknya ornamen
gua ( seperti : stalaktit, stalakmid, canopy, flow stone, gourdam,
rimestone,dIl), endapan di dalam gua, dan sungai bawah tanah, yang kesemuanya
itu merupakan bagian dari proses terbentuknya sistim perguaan (cave system).
Hampir sebagian besar gua diseluruh dunia terbentuk oleh adanya air, dilain hal
faktor pendukung lainya juga mempunyai peranan yang penting ( seperti porositas
batuan/ kesarangan, permeabilitas, saturasi dll).
Ø Geologi
Mempelajari asal terbentuknya
batuan karbonat / batu gamping (lingkungan pengendapan) dengan asosiasinya,
batuan vulkanik dan metamorfosa. Tektonik yang meliputi perlipatan,
pengangkatan, pensesaran, yang hal ini akan menarik bagi pakar-pakar yang
berkompeten untuk melakukan penelitian dipermukaan maupun bawah permukaan.
Ø Biologi
Gua merupakan suatu bentuk
ekosistem bawah permukaan (sub surface) yang unik, dimana banyak menarik
perhatian ahli biospeleologi untuk mengamati daerah tersebut, karena ada
perbedaan yang spesifik dengan kehidupan dipermukaan seperti
a. komunitas yang berbeda
dengan di permukaan, terutama atmosfir yang basah.
b. lingkungan yang basah tanpa
cahaya.
c. perubahan sistim fisiologis
karena faktor suhu, cahaya, dan tekanan yang berbeda dengan permukaan.
Ø Antropologi
Biasanya di lingkungan di
daerah yang terdapat gua, terdapat suatu masyarakat percaya akan yang sudah
dipahami secara turun temurun. Karena gua biasanya menggambarkan keadaan yang
bersifat magis, sakral dan angker. Sehingga masyarakat didaerah tersebut
percaya akan legenda atau mendapatkan sesuatu di gua tersebut (mendapat berkah,
wangsit, biar tidak mendapat musibah dll) dengan cara bertapa, memberi sesaji,
tirakat maupun acara acara yang bersifat ritual. Sehingga setiap daerah
mempunyai adat tradisi yang berbeda- beda.
Ø Arkeologi dan Paleontotogi
Salah satu aset dari gua
adalah arkeologi. Nilai arkeologi dari suatu gua bisa tercetus karena adanya
lukisan-lukisan di dinding (art parriatal), yang di wilayah Indonesia terdapat
di :
- Sulawesi Selatan : Maros,
Leang-!eang, Leang kasi, Balloci Baru, Sumpang Bita.
- Irian Jaya : Fak Fak
- Kalimanatan Tengah
- Flores
Biasanya lukisan di dinding
merupakan gambar te!apak tangan, Babi Rusa, Anoa, perahu, Rusa. Bahkan di
Flores terdapat lukisan dari telapak tangan yang telah kehilangan salah satu
jarinya dimana disini diasumsikan dari upacara ceremonial dalam memperingati
kematian. Selain berupa lukisan di dinding peninggalan arkeologi dapat juga
berupa barang pecah belah, patung, kapak batu, yang dapat disebut sebagai art
mobilier.
Manusia telah mengenal
gua sejak dahulu sebagai :
- Tempat perlindungan
- Tempat pemukiman
- Tempat penguburan
- Tempat sakral
Yang sampai saat ini masih ada
hanyalah gua sebagai tempat yang sakral. Ada juga beberapa gua yang digunakan
sebagai tempat penguburan, seperti di Trunyan (Bali) dan Londa (Sulawesi
Selatan). Kepercayaan masyarakat mengenai gua sebagai tempat keramat dan dan
harus dijauhi masih banyak tedihat di pelosok-pelosok. Lepas dari benar atau
tidaknya anggapan mereka, terdapat juga beberapa gua yang memang mengandung
misteri bagi mereka yang pernah menelusurinya, baik di daerah Wonosari,
Pacitan, Blora, Sulawesi dan lain-lain.
Gua yang dihuni oleh manusia
zaman dahulu adalah yang cenderung tertetak pada lokasi-lokasi (tempat)
- Dekat dengan air
- Dekat dengan daerah
perburuan.
Jadi bisa dikatakan bahwa gua
yang memiliki peninggalan arkeologi pasti di daerah sekitamya dahulu terdapat
sungai atau sumber air lain, pendapat ini biasanya dibuktikan dengan melihat
peta topografinya, maka akan tertihat bekas-bekas aliran sungai purba.
Bukti bahwa suatu gua pernah
dihuni manusia, bila ditemukan antara lain :
- Sisa pembakaran
- Gerabah
- Artefak (a!at-alat dari
batu, perunggu, besi.
Juga merupakan bukti dari
kebudayaan manusia dari zaman paleolitik, neolitik, perunggu dan besi :
- Artefak batuan (kapak
genggam, ujung tombak, pisau, ujung panah dan batu api.
Untuk menentukan umur dari
artefak tersebut dapat dilakukan dengan Radio Dating yang berjangkal berbatas
maksimal 18.000 tahun.
Artefak yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan binatang yang telah membatu disebut fosil. Proses
fosilisasi bisa terjadi bila bahan-bahan organik tertimbun lumpur abu vulkanik
secara mendadak sehingga tidak sempat membusuk. Sel-sel organik sedikit demi
sedikit digantikan oleh mineral dan timbul struktur keras yang menggantikan
struktur organik yang lemah.
Fosil-fosil ini dapat berupa :
- Tulang belulang
- Hewan (kerang, serangga,
ikan dan lain-lain)
- Kayu, pokok kayu
PSEUDOFOSIL menyerupai fold
tetapi bukan fosil, misalkan lumpur yang mengeras dan tercetak rnenyerupai pola
tulang dan batang pohon atau akar. Biasanya Pseudofosil terjadi karena aliran
lumpur melewati rekahan-rekahan atau lubang-lubang yang terdapat pada batuan
kapur.
Apabila dtemui bahan-bahan
bemilai arkeologis maka jangan digeser atau dipindahkan dari tempatnya karena
akan merusak jejak, untuk melakukan pelacakan ditentukan suatu titiik not dan
dari titik itu digali milimeter demi milimeter dengan sikat atau kuas oleh para
arkeolog yang telah berpengalaman. Semua temuan di Sato dan dicieskripsikan
sesuai dengan kedalaman temuan. Sehingga akan didapatkan informasi mengenai
umur dan asal dari benda temuan tersebut, dan dari analisa akan diperoleh
gambaran mengenai kehidupan manusia di masa lalu.
VI. Yang perlu dilakukan oleh
ahli speleologi / speleologiwan (speleologist)
Yang disebut sebagai
speleologiawan (speleologist) yaitu seorang yang serius mendalami dan tahu
tentang gua beserta kawasannya, dipandang dari aspek penelitian gua, pengelolaan
gua maupun pendidikan speleologi.
a. Tingkatan Kursus Speleologi
1. Tingkat Dasar
Mengetahui dan paham tentang :
· Cara menelusuri gua dengan
prosedur yang benar dan aman
· Etika moral penelusuran gua
2. Tingkat Lanjutan
Mendalami dan mengerti tentang
:
· Teknik penelusuran gua
horisontal , vertikal dan cave rescue.
· llmu pengetahuan terkait
· leadership
3. Tingkat Klinik
Pendalaman tentang :
· Manajemen Ekspedisi
spe!eologi
· Metode Pendidikan speleologi
4. Tingkat Manajemen
Pendalaman tentang :
· Manajemen Penelitian Gua
dengan berbagai disiplin ilmu terkait
· Manajemen Pendidikan
Speleologi
· Pengelolaan Kawasan Gua dan
Cara Pemanfaatannya Metode Pengembangan
Speleologi
5. Pendidikan tambahan lain
- Cave Rescue
- Pemetaan gua Khusus
- Fotografi Gua
b. Yang perlu di lakukan
speleologiawan untuk kegiatan dan pengembangan speleologi yaitu :
· Pendataan dan pemetaan Gua
· Penelitian Gua
· Pengembangan manfaat gua
· Menjaga kelestarian Gua
· Kegiatan pertemuan
speleologi seperti :Seminar, Lokakarya/ Workshop, Simposium,
Sarasehan, diskusi panel, dll
· Pameran Speleologi
· Pendidikan / kursus
speleologi
c. Laporan hasil kegiatan
speleologi.
1. Laporan perjalanan
2. Laporan Harian
3. Laporan Speleologi dibagi 3
bagian :
Teknis
Perjalanan, perbekalan dan peralatan,
derajat kesulitan kesampaian daerah dan penelusuran pendataan, pemetaan
Ilmiah
· Biospeleologi
· Geologi
· Geomorfologi
· Hidrologi
· Arkeolog
· Ekologi
· Sedimentologi
· Speleogenesis
Dan lain sebagainya.
Medis
· Macam obat yang dibawa
· Metode Emergency
· Peralatan kesehatan yang dibawa