Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat (PPGD)
adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada
kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian.
PENOLONG PERTAMA adalah masyarakat awam yang sudah dibekali
pengetahuan teori dan praktek bagaimana merespon dan melakukan
pertolongan pertama di lokasi kejadian
- Kita tidak dapat selalu mengandalkan layanan ambulan atau para medik segera tiba dilokasi kejadian
- Alat dan waktu yang kita miliki terbatas
Tujuan PERTOLONGAN PERTAMA adalah:
1. Menyelamatkan nyawa korban
2. Meringankan penderitaan korban
3. Mencegah cedera/penyakitmenjadi lebih parah
4. Mempertahankan daya tahan korban
5. Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut
RANTAI PENYELAMATAN RANTAI PENYELAMATAN adalah konsep yang
menjelaskan tahapan secara prioritas untuk memastikan korban memiliki
kesempatan terbaik untuk bertahan hidup
Realita menunjukkan bahwa bila kita dapat segera mengidentifikasi
masalah, akses dini ke Unit Gawat Darurat dan memberikan bantuan dengan
benar dan baik kepada korban maka besar pula kesempatan korban
terselamatkan
AKSES DINI (Rantai Pertama), Keadaan Darurat diketahui dan
melaksanakan prosedur keadaan darurat. Saksi mata yang mengetahui
kejadian menghubungi pihak yang berwenang (bila di tempat kerja sesuai
dengan prosedur keadaan darurat yang sudah ditetapkan)
Pelaporan berisi :
- Nama Pelapor
- Lokasi Kejadian
- Kondisi korban (sadar/tidak sadar)
- Cidera yang dialami
- Jumlah korban, dst
BANTUAN HIDUP DASAR DINI (Rantai Kedua), adalah cara mempertahankan
jalan napas, memberikan bantuan napas dan mempertahankan sirkulasi yang
merupakan dasar kehidupan tanpa menggunakan peralatan medis. Henti
jantung mendadak adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia
(700.000 orang/tahun). Kasus henti jantung mendadak di luar rumah sakit
menunjukkan Ventricular Fibrillation (Jantung kehilangan kemampuan untuk
berkoordinasi dan berhenti memompakan darah secara efektif)
DEFIBRILASI DINI (Rantai Ketiga), adalah upaya agar mengembalikan
agar irama/fungsi jantung kembali normal dengan Defibrillator. Penolong
Pertama dan Petugas Medis harus sudah terlatih dalam penggunaan
Defibrillator. Defibrillator yang digunakan sebaiknya defibrillator
ekternal otomatis (operator/petugas hanya menempelkan elektroda ke dada
korban dan diaktifkan dengan satu tombol)
BANTUAN HIDUP LANJUT DINI (Rantai Keempat), Adalah tindakan khusus
lanjutan yang diperlukan untuk meningkatkan kemungkinan korban bertahan
hidup. Tim bantuan hidup lanjut adalah tim dokter dan para medik yang
kompeten
Prinsip Utama
Prinsip utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada
kondisi gawat darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah ”Time Saving
is Life Saving”, dalam artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada
saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien,
karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam
hitungan menit saja (henti nafas 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian)
Langkah-langkah Dasar
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D
(Airway – Breathing – Circulation – Disability). Keempat poin-poin
tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan dalam
penanggulangan pasien dalam kondisi gawat Darurat.
Alogaritma Dasar PPGD
1. ada pasien tidak sadar
2. pasikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
3. beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong
4. cek kesadaran pasien
lakukan dengan metode AVPU
- A : Alert => Korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke poin V
- V
: Verbal => cobalah memanggil-manggil korban dengan dengan berbicara
keras di telinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan
menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak merespon lanjut ke poin P
- P : Pain => cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang
paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal
kuku, selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada
(sternum) dan juga areal di atas mata (supra orbital)
- U :
Unresponsive => setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak
bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
5. Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelepon ambulans dengan memberitahukan :
- jumlah korban
- Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)
- Perkiraan usia dan jenis kelamin
- Tempat terjadi kegawatan
- Bebaskan korban dari pakaian di daerah dada (buka kancing baju bagian atas korban)
posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar dengan bahu pasien
8. cek apakah ada tanda-tanda berikut :
a. luka-luka dari bagian bawah dagu ke atas (supra calvicula)
b. pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat
c. mempunyai cedera di tulang belakang bagian leher
9. tanda-tanda cedera pada bagian leher sangat
berbahaya karena pada bagian ini terdapat syaraf-syaraf yang mengatur
fungsi vital manusia (pernapasan, denyut jantung)
a. jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift Chin Lift
dilakukan
dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu (bagian
dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head Tilt yaitu
menahan kepala dan mempertahankan posisinya. Hal ini dilakukan untuk
membenaskan jalan napas korban.
b. jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian
atas pasien, jepit kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya
tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah Jaw Thrust
gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher korban
10. sambil melakukan a atau b diatas, lakukanlah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan Breathing (Pernapasan) korban.
11. metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel
Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris ?
Listen : Dengarkan apakah
ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang
abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)
Jenis-jenis suara nafas karena hambatan sebagian jalan napas :
- Snoring : suara seperti dengkur, kondisiini menandakan
adanya kebuntuan jalan nafas bagian atas oleh benda padat, jika ada
suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross
finger untuk membuka mulut (menggunakan dua jari yaitu ibu jari dan
jari telunjuk kanan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari
mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke
bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan
(contoh, gigi palsu) pindahkan benda tersebut
- Gargling
: suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang
disebabkan oleh cairan (contoh darah), maka lakukan cross-finger,
lalu lakukanlah finger-sweep (gunakan 2 jari yang telah dibalut
dengan kain untuk ”menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan)
- Crowing
: suara dengan nada tinggi, biasanya disebabkan karena
pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap
lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw thrust saja
Jika suara nafas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalannya nafas maka dapat dilakukan :
- Black Bow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan daerah antara tulang scapula di punggung
- Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik tangan ke arah belakang atas.
- Chest
Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara
memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam
atas.
Feel : Rasakan dengan pipi apakah ada hawa nafas dari korban.
12. jika ternyata pasien masih bernapas, maka hitunglah berapa
frekuensi pernapasan korban dalam 1 menit (normalnya 12-20 kali
permenit)
13. jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi korban dengan tetap melakukan Look Listen and Feel.
14. jika frekuensi nafas
<>
15. jika korban mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas buatan dibawah)
16. setelah diberikan nafas
buatan maka lakukan pengecekan nadi carotis yang terletak di leher,
ceklah dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah tenggorokan,
lalu gerakanlah jari ke samping sampai terhambat oleh otot leher
(sternocleidomastoideus), rasakan denyut nadi carotis selama 10 detik.
17. jika tidak ada denyut nadi lakukanlah Pijat Jantung, diikuti
dengan nafas buatan, ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas
buatan yang diakhiri dengan pijat jantung
18. cek lagi nadi karotis selama 10 detik, jika teraba lakukan Look
Listen and Feel (kembali ke poin 11) lagi. Jika tidak teraba ulangi
poin nomor 17.
19. pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jika :
- penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
- pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
- bantuan sudah datang
- teraba denyut nadi karotis
20. setelah berhasil mengamankan kondisi di atas, periksalah tanda-tanda shock pada korban
- denyut nadi > 100 kali permenit
- telapak tangan basah dingin dan pucat
- Capilarry
Refill Time > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung
kuku pasien dengan kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek
berapa lama waktu yang dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)
21.
jika korban shock, lakukan Shock Position pada pasienm yaitu dengan
mengangkat kaki korban setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi
darah akan lebih banyak ke jantung.
22. pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang
23. jika ada pendarahan pada korban, cobalah menghentikan
pendarahan dengan menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu
erat karena dapat menyebabkan jaringan yang dibebat mati)
24. setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi
korban dengan Look Listen and Feel, karena korban sewaktu-waktu dapat
memburuk secara tiba-tiba
Nafas Bantuan
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk
menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi
napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela
setiap nafas spontan dia sehingga total nafas permenitnya menjadi normal
(12 kali).
Prosedurnya :
1. Posisikan diri di samping korban
2. Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi
gunakanlah kain sebagai pembatas antara mulut anda dan korban untuk
mencegah penularan penyakit.
3. sambil tetap melakukan Chin lift, gunakan tangan yang digunakan
untuk Head Tilt untuk menutup hidung pasien (agar udara yang diberikan
tidak keluar lewat hidung)
4. mata memperhatikan dada korban, kemudian tutuplah seluruh mulut korban dengan mulut penolong
hembuskanlah nafas satu kali (tanda jika nafas yang diberikan masuk
adalah dada korban mengembang) lepaskan penutup hidung dan jauhkan
mulut sesaat untuk membiarkan korban menghembuskan nafas keluar
(ekspirasi) lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan perhitungan agar
nafas kembali normal
Nafas Buatan
Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas
buatan diberikan pada korban yang mengalami henti nafas. Diberikan 2
kali efektif (dada mengembang)
Pijat Jantung
Pijat Jantung adalah usaha untuk ”memaksa” jantung memompakan darah
ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi
karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan
nafas buatan (seperti yang dijelaskan pada alogaritma diatas).
Prosedur Pijat Jantung :
- posisikan diri di samping pasien
- posisikan tangan seperti gambar di center of chest (tepat di tengah-tengah dada)
- posisikan tangan tegak lurus korban seperti gambar
- tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)
- tekanlah dada kira-kira 4-5 cm (seperti gambar kiri bawah)
- setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal (seperti gambar kanan atas)
- satu
set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan
menghitung dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : satu dua
tiga empat SATU satu dua tiga
empat DUA satu dua tiga empat TIGA
satu dua tiga empat EMPAT satu
dua tiga empat LIMA satu dua
tiga empat ENAM
- Prinsip pijat jantung adalah :
- push deep
- push hard
- push fast
- maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)
- minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh diinterupsi)
Memindahkan Korban
Sebisa mungkin, jangan memindahkan korban yang terluka kecuali ada
bahaya api, lalu-lintas, asap beracun atau hal lain yang membahayakan
korban maupun penolong. Sebaiknya berikan pertolongan pertama di tempat
korban berada sambil menunggu bantuan datang. J
ika terpaksa memindahkan korban, perhatikan hal-hal berikut:
- Apabila korban dicurigai menderita cedera tulang belakang, jangan dipindahkan kecuali memang benar-benar diperlukan.
- Tangani
korban dengan hati-hati untuk menghindari cedera lebih parah. Pegang
korban erat-erat tapi lembut. Perhatikan bagian kepala, leher dan tulang
belakang terutama jika korban pingsan.
- Angkat korban secara perlahan-lahan tanpa merenggutnya.
CATATAN PENTING: Menyeret korban dapat dilakukan jika korban
pingsan atau luka parah dan tidak cukup orang yang menolong untuk
memindahkan korban. Lihat bagian selanjutnya.
Tentang tandu, Jika tidak
ada tandu yang tersedia, gunakan papan meja, pintu atau 2 batang kayu
yang kuat dengan selimut atau kain sarung. Gunakan tandu dengan bagian
tengah yang keras untuk membawa korban yang dicurigai menderita cedera
di kepala atau tulang belakang.
Jika tidak ada tandu :
- Jika kaki korban tidak terluka, membungkuk dan
berjongkoklah di kaki korban; pegang pergelangan kakinya dengan erat;
seret korban perlahan-lahan menjauhi dari bahaya.
- Jika kaki
korban terluka, pegang siku atau pergelangan tangan korban dengan erat.
Membungkuk dan seret korban perlahan-lahan. Jangan menyeret korban
dengan memegang pakaiannya
CATATAN PENTING: Ketika Anda menyeret korban, usahakan tubuhkorban tetap rata dengan tanah.
Memindahkan korban dengan merangkul :
Dapat dilakukan untuk orang dewasa yang terluka yang masih bisa berjalan dengan sedikit bantuan.
- Berdirilah di samping korban; di sisi tubuh yang terluka.
Namun, jika tangan atau bahu yang terluka, berdirilah disisi tubuhyang
lain
- Rangkulkan tangan Anda ke belakang korban dan pegang
pinggulnya . Rangkulkan tangan korban ke pundak Anda dan sanggalah
korban dengan bahu Anda. Pegang tangannya.
- Pindahkan korban perlahanlahan. Melangkah dengan kaki bagian dalam terlebih dahulu.
Cara Merawat Luka
- Menggunakan perban sebelum dibalut Perban bisa
digunakan sebagai penutup pelindung luka sebelum dibalut untuk
mengendalikan, menyerap, menghentikan pendarahan, mengurangi rasa perih,
mencegah infeksi dan luka lebih lanjut. Usahakan untuk menggunakan
perban yang steril dan tidak lengket. Jika tidak ada, gunakan kain yang
menyerap, bersih dan tidak lengket, seperti kain katun (sarung, seprai
dll) atau pembalut wanita. Jangan menggunakan kain yang terbuat dari
serat langsung pada luka, sebab seratnya akan menempel.
-
Mengisi bantalan. Bantalan bisa dibuat dari beberapa lapis kain atau
perban; diletakkan diatas perban agar menekan, menambah daya serap
cairan serta melindungi luka. Bantalan dapat mencegah pembalut menyentuh
luka jika ada benda atau tulang retak yang menonjol diluka.
- Pembalut
pembungkus luka Luka perlu dibalut untuk mengendalikan pendarahan.
Mengencangkan perban dan bantalan, dapat mengurangi atau mencegah
pembengkakan. Menyangga kaki atau sendi dapat meredakan nyeri dan
mencegah pergeseran pada kaki atau sendi. Dalam keadaan darurat, bisa
menggunakan kain, sarung bantal atau kain bersih untuk membalut. Jangan
membalut terlalu ketat. Pembengkakan, pucat atau biru pada jari tangan
dan kaki, juga rasa kaku, terjepit, nyeri dan nadi tidak lancar di
bagian bawah perban menandakan bahwa pembalut harus dilonggarkan.
-
Penggunaan belat atau bidai. Belat atau bidai digunakan untuk
melindungi luka agar tidak bertambah parah. Belat atau bidai juga
digunakan sebagai penopang atau pencegah bagian badan yang retak dari
gerakan sembari menunggu bantuan medis datang.
- Cara membuat
penyangga. Penyangga digunakan jika tempurung lutut, lengan atas, lengan
bawah, pergelangan atau jari mengalami retak. Dalam keadaan darurat,
Anda dapat menggunakan payung yang dilipat, koran yang digulung atau
bahan seperti tongkat yang keras. Bahkan kaki yang tidak luka pun dapat
digunakan sebagai penyangga .Ikat erat kaki yang terluka dengan kaki
yang tidak luka. Usahakan bagian yang terluka tidak bergeser saat
memasang penyangga. Penyangga harus cukup panjang sampai kedua ujungnya
menjangkau bagian yang retak. Periksa pengikat penyangga setiap 15 menit
untuk memastikan bahwa sirkulasi darah tidak terganggu.
Pendarahan
Pendarahan berat maupun ringan jika tidak segera dirawat bisa
berakibat fatal. Bila pendarahan terjadi, penting bagi penolong untuk
menghentikannya secepat mungkin. Ada dua jenis pendarahan; pendarahan
luar (pendarahan dari luka) dan pendarahan dalam (pendarahan di dalam
tubuh). Pendarahan dalam lebih berbahaya dan lebih sulit untuk diketahui
daripada pendarahan luar. Oleh karena itu tanda-tanda berikut harus
diperhatikan.
Cara penanganan pendarahan dalam :
- Baringkan korban dengan nyaman dan longgarkan pakaiannya yang ketat.
- Angkat dan tekuk kakinya, kecuali ada bagian yang retak.
- Segera cari bantuan medis.
- Jangan memberi makanan atau minuman.
- Periksa korban setiap saat kalau dia mengalami syok (shock).
Cara penanganan pendarahan luar (pendarahan dari luka) :
- Baringkan korban dalam posisi pemulihan, kecuali bila ada luka di dada.
- Periksa
apakah luka berisi benda asing atau tulang yang menonjol. Jika ada,
jangan sentuh luka; gunakanlah bantalan pengikat. Untuk keterangan lebih
lanjut lihat bagian sebelumnya, “Merawat luka”.
- Jika luka
tidak disertai tulang yang menonjol, segera tekan bagian tubuh yang
terluka. Jika tidak ada pembalut yang steril, gunakan gumpalan kain atau
baju bersih atau tangan untuk mengontrol pendarahan sampai menemukan
pembalut dan bantalan yang steril. Jika korban dapat menekan sendiri,
suruh korban menekan lukanya, untuk mengurangi risiko infeksi silang.
- Balut luka dengan erat.
- Angkat bagian tubuh yang terluka, lebih tinggi dari posisi jantung korban.
-
Jika darah membasahi pembalut, lepaskanpembalut dan gantilah bantalan.
Walaupun pendarahan telah berhenti, jangan terburuburu melepaskan
pembalut, bantalan atau perban untuk menghindari terjadinya hal yang tak
terduga.
- Jangan memberi makanan atau minuman kepada korban yang mengalami pendarahan.
- Periksa korban setiap saat kalau-kalau dia mengalami syok (shock).
- SEGERA cari bantuan medis.
Cara menghentikan pendarahan :
- Angkat bagian tubuh yang terluka.
- Tekan bagian yang terluka dengan kain bersih. Jika tidak ada, gunakan tangan Anda.
- Tetap tekan bagian tubuh yang terluka sampai pendarahan terhenti.
- Jika
pendarahan tidak bisa diatasi dengan menekan bagian tubuh yang terluka,
dan korban telah kehilangan banyak darah, maka dianjurkan untuk:
- Tetap menekan dengan kuat bagian tubuh yang terluka
- Mengangkat bagian tubuh yang terluka setinggi-tingginya
- Mengikat
bagian lengan atau kaki yang dekat dengan luka, sedekat-dekatnya
.ikat di antara bagian yang terluka dengan badan korban. Kencangkan
ikatan sampai pendarahan terhenti
Perlindungan Diri Penolong
Dalam melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat, penolong
tetap harus senantiasa memastikan keselamatan dirinya sendiri, baik dari
bahaya yang disebabkan karena lingkungan, maupun karena bahaya yang
disebabkan karena pemberian pertolongan.
Poin-poin penting dalam perlindungan diri penolong :
- Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan korban
- minimalisasi
kontak langsung dengan pasien, dalam memberikan nafas bantuan sedapat
mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi
penolong dari penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban
- selalu
perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama
adalah tindakan yang memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi
tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.